Jakarta, Prohealth.id – Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS UI) meriset tingkat prevalensi anak-anak merokok yang dipengaruhi teman sebaya dan harga.
“Secara umum, faktor peer (teman) maupun price effect (efek harga) berpengaruh terhadap peluang anak merokok,” kata Risky Kusuma Hartono, selaku peneliti PKJS UI, dalam seminar daring Indonesian Students Conference, Sabtu (21/8/2021).
Risky menjelaskan, teman sebaya kuat memengaruhi keinginan anak-anak untuk merokok. “Ternyata mereka yang usia SD dan SMP lebih rentan risikonya menjadi perokok karena teman sebaya,” ucapnya.
Persentase anak-anak merokok karena teman sebaya berada dalam rentang 0,1 persen hingga 49 persen. “Bisa dilihat angkanya probabilitas (kemungkinan) cukup tinggi,” ujarnya.
Dia menjelaskan efek harga memengaruhi statistik Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Semakin mahal harga rokok, memperkecil peluang anak-anak merokok. Namun, hasil riset PKJS UI menunjukkan, harga rokok per-batang Rp 1.500.
“Itu cukup terjangkau untuk anak-anak membeli rokok,” katanya. Pengaruh teman sebaya lebih mengena untuk usia SD dan SMP. Sedangkan, usia SMA perilaku merokok dipengaruhi harga rokok ketengan yang murah.
Kalangan muda memang menjadi target industri rokok untuk pelanggan konsumen masa depan. “Kalau sudah akan menjadi konsumen seumur hidup yang dipengaruhi itu kesadaran,” kata Setyo Budiantoro, selaku Manajer Pilar Pembangunan Ekonomi Sekretariat Tim Nasional Pelaksanaan SDGs, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas.
Setyo mengatakan, kalangan muda menjadi sasaran pemasaran industri rokok, karena fase perkembangan indentitas. “Pencarian jati diri, sehingga mudah dipengaruhi,” katanya.
Iklan rokok salah satu sumber yang memengaruhi remaja. Menurut dia, cerita yang dihadirkan dalam iklan rokok termasuk cara paling kreatif membujuk khalayak.
Setyo mencontohkan, cerita tentang solidaritas dalam iklan rokok dianggap dekat dengan kehidupan anak-anak muda. Arus informasi pun makin dekat dengan keseharian, misalnya pemasaran rokok lewat media sosial.
“Jadi imaji persepsi kesadaran (anak-anak muda) itu yang diambil,” ucapnya.
Partisipasi kalangan muda dalam isu pengendalian tembakau memerlukan ruang berpendapat maupun berinisiatif. “Berbeda-beda tapi sama-sama peduli isu rokok, kenapa enggak,” kata perwakilan Indonesian Youth Council for Tobacco Control (IYCTC) Margianta Surahman Juhanda Dinata.
Dia menambahkan, kalangan muda semestinya mendapat akses pelatihan yang baik untuk mendukung partisipasinya. Kalangan muda juga harus diperlakukan adil terlepas dari identitasnya. “Kaum muda diberikan konseling ketika berpartisipasi dalam isu pengendalian tembakau atau rokok,” ujarnya.
Margianta mengatakan, kalangan muda perlu dilibatkan sejak tahap perencanaan. “Dipenuhi kebutuhannya, finansial, koneksi, teknis, perhatikan itu harus jelas,” katanya.
Penulis: Bram Setiawan
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post