Jakarta, Prohealth.id – Penderita bibir sumbing masih rentan mengalami perundungan.
Hanlie Muliani, Psikolog Klinis, Sahabat Orang Tua & Anak (SOA) Parenting & Education Support Center menjelaskan ada 540 bayi di dunia dan 1 dari 700 bayi di Indonesia terlahir dengan kondisi sumbing dan atau celah langit-langit mulut. Kondisi ini berpotensi memberi dampak pada fisik, tetapi juga dari segi psikis.
Tidak jarang mereka menjadi korban perundungan dan mengalami penolakan dari lingkungan terdekat. Hal ini berdampak terpuruknya rasa percaya diri anak. Bahkan tidak jarang anak juga merasa cemas dan menyerah terhadap masa depannya.
Dia menceritakan adanya perbedaan fisik, anak dengan bibir sumbing dan/atau celah langit-langit mulut mengalami dampak psikis yang bisa berasal dari dalam maupun dari luar dirinya. Misalnya: merasa tidak seberuntung anak-anak lain; merasa diperlakukan tidak adil; hingga mengalami penolakan dari lingkungan sekitar berupa intimidasi, ejekan bahkan pengucilan. Tak jarang kondisi ini justru karena kurangnya pemahaman masyarakat akan apa itu bibir sumbing dan bagaimana kita harus menyikapinya. Jika dibiarkan terus menerus anak dapat merasa minder, putus asa, dan kecewa dengan kehidupannya.
“Oleh karena itu, tindakan operasi juga perlu disertai dengan penanganan komprehensif yang meliputi pendampingan psikologis, baik kepada pasien maupun keluarganya. Ajakan untuk Stop Bullying Bibir Sumbing! adalah sesuatu yang baik dan perlu kita laksanakan secara konsisten,” jelasnya dalam siaran pers, Rabu (15/9/2021).
Secara alami, kondisi bibir sumbing dan/atau celah langi-langit mulut berpotensi membawa dampak fisik seperti kesulitan bicara, makan, dan bernafas, sehingga penanganan sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Pada pendampingan psikologis, penting untuk ditanamkan pula bahwa harga diri manusia tidak hanya diukur melalui tampilan fisik, namun pikiran, hati, dan perbuatannya.
Lebih lanjut, perundungan dari lingkungan sekitar berpotensi membuat anak-anak dengan bibir sumbing dan/atau celah langit-langit mulut merasa cemas akan masa depannya. Video Stop Bullying Bibir Sumbing! dari Smile Train Indonesia misalnya bermaksud untuk menggugah dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan mental anak yang mengalami bibir sumbing dan/atau celah langit.
Deasy Larasati, Country Manager Smile Train Indonesia mengaku banyak mendapatkan temuan tentang kasus perundungan atau pengucilan di masyarakat. Untuk itu, Smile Train Indonesia melihat pentingnya upaya nyata untuk meluruskan kebiasaan tersebut melalui edukasi kepada keluarga pasien dan masyarakat luas, serta dimulainya kampanye Stop Bullying Bibir Sumbing!
“Melalui kampanye ini, kami mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk menghentikan segala bentuk bullying (perundungan) kepada mereka yang memiliki kondisi bibir sumbing dan/atau celah langit-langit mulut. Mari kita sama-sama lindungi senyum dan kesehatan mental mereka, untuk memberikan mereka masa depan yang lebih cerah,” ujarnya.
Sejak tahun 2002, Smile Train Indonesia telah memberikan operasi gratis kepada lebih dari 95,000 anak di penjuru Nusantara. Smile Train mengusung program Comprehensive Cleft Care (CCC) yang meliputi edukasi memahami kondisi sumbing, operasi, pelayanan terapi wicara, hingga konseling dan dukungan kesehatan mental; yang diberikan oleh Smile Train Indonesia bersama para mitranya secara gratis.
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post