Prohealth
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis
No Result
View All Result
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis
No Result
View All Result
Prohealth
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis
Home Kesehatan

Rajin Cuci Tangan Tidak Boleh Hanya Selama Pandemi

Oleh Gloria Fransisca Katharina
Jumat, 22 Oktober 2021
A A
Rajin Cuci Tangan Tidak Boleh Hanya Selama Pandemi

Ilustrasi mencuci tangan (Pixabay). Sumber: ANTARA/2021.

Jakarta, Prohealth.id – Kebiasaan mencuci tangan pada masyarakat makin meningkat selama pandemi Covid-19.

Risang Rimbatmaja dari Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-anak (UNICEF) pada pertemuan daring, di Jakarta, Kamis (14/10/2021) lalu membenarkan bahwa, pandemi Covid-19 terbukti mendorong kesadaran masyarakat untuk mencuci tangan dengan sabun. Sebelumnya, sebagian orang merasa cukup mencuci tangan dengan air selama tangan terlihat dan terasa bersih, serta tidak tercium bau.

BacaJuga

Ketua PB IDI Jadi Ketua Asosiasi Kedokteran Se-Asia Tenggara

Hari Kusta Sedunia: Komisi Nasional Disabilitas Gelar Lokakarya Nasional Zero Leprosy

Padahal, mencuci tangan dengan sabun dapat membunuh bakteri, virus, dan kuman. Risiko sakit pun rendah. Mencuci tangan dengan sabun dapat menurunkan risiko terserang diare 30 persen, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) 20 persen, dan Covid-19 sebesar 35 persen. Adapun diare dan ISPA merupakan salah satu penyebab kematian pada anak balita tertinggi di Indonesia.

Hal ini juga terbukti dalam survei dari UNICEF dan Nielsen pada kuartal II/2021 menemukan, 78 persen dari 2.000 responden mencuci tangan dengan sabun. Angka ini meningkat dibanding survei serupa pada kuartal IV/2020 yaitu 69,3 persen, dan kuartal III/2020 yaitu 72,1 persen.

”Yang mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar 75,7 persen dan sebelum makan 87,1 persen. Sementara itu, orang yang memiliki anak balita dan mencuci tangan sebelum makan 92,1 persen dan setelah buang air besar 78,8 persen,” kata Risang.

Tingginya kesadaran mencuci tangan dengan sabun perlu dijaga agar berkelanjutan. Kuncinya ialah membangun pengetahuan yang solid di masyarakat tentang manfaat cuci tangan bagi kesehatan. Jika itu tak dilakukan, cuci tangan dengan sabun dikhawatirkan hanya jadi formalitas selama pandemi.

”Saya mengusulkan agar ke depan komunikasi (tentang cuci tangan pakai sabun) tidak satu arah atau top down, tetapi lebih partisipatif. Masyarakat diajak belajar bersama untuk mendorong norma perilaku higienis,” ucap Risang.

 

KENDALA DI MASYARAKAT

Menurut tenaga sanitarian dari Puskesmas Sangkrah, Surakarta, Andi Nurul Alsi Fatimasari, masyarakat awalnya enggan cuci tangan dengan sabun. Beberapa orang mengaku malas dan merasa ini merepotkan.

Hal ini direspons dengan memperkuat edukasi kepada warga melalui sekolah, posyandu, kegiatan pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK), kegiatan RT/RW, hingga komunitas. Cuci tangan dengan sabun dikampanyekan melalui pesan yang mudah dipahami dan menyenangkan.

Keengganan sebagian warga untuk cuci tangan juga ditemukan Indonesia Urban Water, Sanitation, and Hygiene Penyehatan Lingkungan untuk Semua (USAID IUWASH PLUS). IUWASH PLUS adalah program yang diinisiasi USAID, yakni lembaga Pemerintah Amerika Serikat yang menyalurkan bantuan di bidang pembangunan ekonomi dan kemanusiaan.

Menurut Penasihat Bidang Pemasaran dan Perubahan Perilaku USAID Iuwash Plus, Ika Fransisca, belum semua orang punya pemahaman akan pentingnya cuci tangan pakai sabun. Kegiatan itu baru dilakukan saat tangan terlihat atau terasa kotor, seperti berminyak, lengket, dan berbau tidak sedap.

”Ada juga yang berpikir, mengapa harus cuci tangan pakai sabun kalau sudah makan dengan sendok? Orang kadang lupa bahwa tangan kerap dipakai untuk membantu memegang makanan,” kata Ika.

Hal ini tampak dari studi formatif yang mereka lakukan beberapa tahun silam. Menurut hasil studi yang terbit pada 2018 tersebut, dari 3.458 rumah tangga, 67 persen di antaranya tidak mencuci tangan dengan sabun. Hanya 33 persen rumah tangga yang cuci tangan dengan sabun di waktu krisis, seperti setelah buang air besar, saat akan menyiapkan makanan, dan setelah memegang binatang. Oleh karena itu Ika menegaskan edukasi perlu diperkuat, salah satunya dengan melibatkan tetangga sebagai agen perubahan dan edukasi. Hal ini berdasarkan studi formatif USAID Iuwash Plus bahwa 36,3 persen orang menyebut tetangga sebagai sumber informasi utama.

Sementara itu, Direktur Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Vensya Sitohang mengatakan, momen Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia yang diperingati setiap 15 Oktober menjadi momentum perubahan perilaku masyarakat agar bersih dan sehat. Penghargaan dari Kemenkes ke kabupaten/kota yang melakukan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) diharapkan mendorong keberlanjutan perilaku hidup bersih dan sehat.

 

 

Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi

Tags: Covid-19cuci tanganIUWASH PLUSPandemi CovidsanitasiUSAID
ShareTweetSend

Komentar

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Menanti Perpres Kabupaten Kota Sehat Terbit Tahun 2022

Menanti Perpres Kabupaten Kota Sehat Terbit Tahun 2022

Selasa, 5 April 2022
RUU Kesehatan Omnibus Law Ditolak, Ini Alasannya

RUU Kesehatan Omnibus Law Ditolak, Ini Alasannya

Selasa, 8 November 2022
Cek Fakta: Bisakah Tabung Selam Jadi Tabung Oksigen Murni?

Cek Fakta: Bisakah Tabung Selam Jadi Tabung Oksigen Murni?

Jumat, 16 Juli 2021
Pentingnya Penguatan Layanan Kesehatan Primer Indonesia

Pentingnya Penguatan Layanan Kesehatan Primer Indonesia

Jumat, 25 Maret 2022
Harga Mahal Tak Ada Perda Rokok

Harga Mahal Tak Ada Perda Rokok

Menganalisa Rasio Tenaga Kesehatan di Provinsi DKI Jakarta Menggunakan “Google Spreadsheet”

Menganalisa Rasio Tenaga Kesehatan di Provinsi DKI Jakarta Menggunakan “Google Spreadsheet”

Forum Cendekia Kelas Dunia Hasilkan Upaya Atasi Covid-19

Forum Cendekia Kelas Dunia Hasilkan Upaya Atasi Covid-19

Kiat-kiat Kawasan Tanpa Rokok PT KAI

Kiat-kiat PT Kereta Api Terapkan Kawasan Bebas Rokok

Hari Kanker Sedunia: Saatnya Meningkatkan Layanan dan Pendampingan

Hari Kanker Sedunia: Saatnya Meningkatkan Layanan dan Pendampingan

Selasa, 7 Februari 2023
Ketua PB IDI Jadi Ketua Asosiasi Kedokteran Se-Asia Tenggara

Ketua PB IDI Jadi Ketua Asosiasi Kedokteran Se-Asia Tenggara

Selasa, 7 Februari 2023
Meninjau Risiko Turis Berkunjung ke Indonesia Usai Pandemi

Meninjau Risiko Turis Berkunjung ke Indonesia Usai Pandemi

Selasa, 7 Februari 2023
Energi Terbarukan Bantu Transpuan di NTT Rasakan Hidup Layak, Apa Kabar Kondisi di Ibu Kota?

Energi Terbarukan Bantu Transpuan di NTT Rasakan Hidup Layak, Apa Kabar Kondisi di Ibu Kota?

Senin, 6 Februari 2023

Recent News

Hari Kanker Sedunia: Saatnya Meningkatkan Layanan dan Pendampingan

Hari Kanker Sedunia: Saatnya Meningkatkan Layanan dan Pendampingan

Selasa, 7 Februari 2023
Ketua PB IDI Jadi Ketua Asosiasi Kedokteran Se-Asia Tenggara

Ketua PB IDI Jadi Ketua Asosiasi Kedokteran Se-Asia Tenggara

Selasa, 7 Februari 2023
Meninjau Risiko Turis Berkunjung ke Indonesia Usai Pandemi

Meninjau Risiko Turis Berkunjung ke Indonesia Usai Pandemi

Selasa, 7 Februari 2023
Energi Terbarukan Bantu Transpuan di NTT Rasakan Hidup Layak, Apa Kabar Kondisi di Ibu Kota?

Energi Terbarukan Bantu Transpuan di NTT Rasakan Hidup Layak, Apa Kabar Kondisi di Ibu Kota?

Senin, 6 Februari 2023
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Panduan Media Siber
Prohealth

© 2022 Prohealth.id | Sajian Informasi yang Bergizi dan Peduli.

No Result
View All Result
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis

© 2022 Prohealth.id | Sajian Informasi yang Bergizi dan Peduli.