Jakarta, Prohealth.id – Presiden Joko Widodo menekankan pentingnya sektor kesehatan dalam upaya Indonesia menjadi negara maju.
Jokowi menguraikan visi jangka panjang pemerintah. Terutama untuk memanfaatkan puncak bonus demografi yang diperkirakan terjadi pada tahun 2030-an.
“Kita memiliki kesempatan besar untuk menjadi negara maju,” ujar Presiden Jokowi di Indonesia Convention and Exhibition (ICE) BSD, Kabupaten Tangerang Provinsi Banten, Rabu (24/4/2024).
Ia menambahkan bahwa 68 persen penduduk Indonesia akan berada di usia produktif di tahun-tahun mendatang. Menurutnya, ini adalah kesempatan yang biasanya hanya terjadi sekali dalam peradaban sebuah negara.
Dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas), Jokowi juga menggarisbawahi pentingnya kesehatan dalam mewujudkan visi Indonesia Maju. Sebab tanpamkondisi kesehatan yang memadai, semua pencapaian lain akan menjadi kurang berarti.
“Kesehatan menjadi hal yang sangat penting, kunci, sangat fundamental,” tuturnya.
Jokowi juga menyoroti tantangan besar dalam mengatasi penyakit tidak menular seperti stroke, jantung, dan kanker yang menjadi penyebab kematian utama di Indonesia.
Ada juga masalah infrastruktur kesehatan yang belum memadai di beberapa daerah. Termasuk fasilitas rumah sakit dan ketersediaan alat medis yang canggih. Selain itu, kekurangan dokter juga masih menjadi pekerjaan rumah berat di sektor kesehatan.
“Memang problem terbesar kita adalah dokter yang kurang, dokter spesialis yang kurang. Ini persoalan besar kita. Dan supaya Bapak Ibu tahu bahwa rasio dokter kita masih 0,47, rankingnya 147 dunia. Rangkingnya seperti itu, kita harus tahu. Ini yang akan kita kejar,” jelasnya.
Lebih lanjut, Presiden Jokowi meminta agar semua rencana pembangunan di bidang kesehatan harus terintegrasi dan sinergi, baik di tingkat pusat maupun daerah.
Rencana induk di bidang kesehatan, rencananya akan selesai pada Agustus oleh Menteri Kesehatan. Rencana tersebut akan menjadi pedoman nasional yang akan mengarahkan Indonesia ke arah kemajuan yang signifikan di sektor kesehatan.
Jokowi mengingatkan, Indonesia masih kehilangan sekitar Rp180 triliun per tahun karena banyak warganya memilih berobat ke luar negeri. Selain itu, ketergantungan yang tinggi terhadap impor bahan baku farmasi dan alat kesehatan juga menjadi perhatian.
“Kemudian 90 persen bahan produksi farmasi itu masih impor. 90 persen masih impor. Kemudian 52 persen alkes kita juga masih dominasi impor,” ungkap Presiden, menegaskan perlunya Indonesia memproduksi lebih banyak komponen medis secara lokal.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post