Jakarta, Prohealth.id – Belantara Foundation menyelenggarakan pemberdayaan masyarakat sekitar hutan, aksi-aksi iklim, dan kelestarian keanekaragaman hayati melalui Serial Belantara Learning (BLS).
Episode ke-10 dengan tema “Peran Multipihak dalam Pelestarian Biodiversitas Indonesia” sebagai salah satu acara dalam rangka memeriahkan World Species Congress. Selain itu memperingati hari keanekaragaman hayati internasional yang jatuh pada tanggal 22 Mei. Tujuan kolaborasi untuk memperkuat upaya kolektif dalam pelestarian untuk mengurangi ancaman kepunahan spesies.
Kegiatan yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan bukan hanya tanggung jawab masyarakat, melainkan peran serta seluruh masyarakat. Pelestarian lingkungan di Indonesia memerlukan banyak campur tangan dari pemerintah sebagai pemegang kebijakan, perguruan tinggi, NGO dan masyarakat umum. Belantara Foundation berharap upaya ini bisa memberikan kontribusi yang positif terhadap masyarakat dunia melestarikan lingkungan. PBB sendiri telah mencanangkan SDGs tentang pelestarian lingkungan. Seminar ini untuk menyosialisasikan kepada pegiat lingkungan agar kegiatan positif dapat tersebar luas di seluruh Indonesia, dan internasional.
Direktur Lingkungan Hidup Kementerian PPN/Bappenas sekaligus Perencana Muda Direktorat Lingkungan Hidup Anggi Pertiwi Putri, S.P., menyatakan dari kajian Bappenas 2019 mengenai lingkungan hidup strategis menyebut skema Pembangunan Indonesia masih berupa bisnis. Maka luas habitat Indonesia yang awalnya 80,3 persen di tahun 2000 bisa menurun drastis menjadi 49,7 persen di tahun 2045. Melihat potensi keanekaragaman hayati Indonesia, tetapi ada lima ancaman atau major direct drivers. Lima ancaman itu; perubahan penggunaan lahan dan laut atau eksploitasi berlebihan secara langsung/perubahan iklim/polusi/invasive alien species. Ia menegaskan Indonesia butuh strategi pengolahan keanekaragaman hayati yang berkelanjutan.
“Kami mencanangkan tagline “Studied it, Saved it, and Used It yang diharapkan tetap menjadi sebuah siklus”, terangnya.
Aksi perwujudan tagline ini antara lain adalah keberadaan peran signifikan akademisi dan peneliti perguruan tinggi untuk terus mempelajari berdasarkan evidence-based policy. Selanjutnya, dengan mencegah kehilangan serta mengurangi ancaman kepunahan spesies keanekaragaman hayati. Tak lupa memanfaatkan kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia secara berkelanjutan bagi semua pihak.
Anggi menjelaskan bahwa Indonesia telah memiliki guideline rencana aksi dan strategi pengelolaan keanekaragaman hayati atau Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP) untuk berbagai stakeholder sejak tahun 1993. Indonesia sebagai sebuah mega biodiversity country berada di urutan kedua. Meski demikian ada perdebatan Indonesia bisa menduduki peringkat pertama jika menghitung dari seluruh spesies karena dari laut belum banyak tereksplor.
Jumlah kekayaan jenis flora-fauna yang tinggi menurut dokumen IBSAP menurut Bappenas ada sekitar 100. Perlu menjaga 100 jenis ini mengacu ini laporan IPBES 2019 terkait ancaman terhadap kehilangan keanekaragaman hayati Indonesia. Ada lima faktor utama secara global. Perlu pembenahan untuk perubahan penggunaan lahan dan laut. Sebagai contoh kebakaran hutan serta eksploitasi berlebihan dan belum berkesinambungan.
Triple planetary crisis berupa perubahan iklim dan polusi juga invasive alien species dari laporan menyebut sudah sekitar 1 juta spesies mengalami ancaman kepunahan. Kajian Bappenas 2019 tentang lingkungan hidup strategis, menilai pembangunan Indonesia masih berupa bisnis. Akibatnya, luas habitat yang awalnya 80,3 persen pada tahun 2000 menurun drastis menjadi 49,7 persen pada tahun 2045. Indonesia memiliki potensi, tetapi juga ada ancaman, butuh strategi pengolahan keanekaragaman hayati yang lebih baik dan berkelanjutan.
Bappenas menyuarakan tagline studied, saved, and used it dalam upaya mendukung pelestarian keanekaragaman hayati. Pelajari terus berdasarkan evidence-based policy bagi peneliti dan akademisi dari perguruan tinggi yang memiliki peran signifikan. Mencegah kehilangan, mengurangi ancaman kepunahan tapi pada saat bersamaan paham bahwa keanekaragaman hayati adalah modal pembangunan negara. Terus memanfaatkan keanekaragaman hayati yang ada dengan berkelanjutan dengan harapan semua ini akan menjadi suatu siklus.
Dokumen IBSAP sejalan dengan dokumen perencanaan dari Bappenas dan juga turun dalam perencanaan tahunan sekaligus menjadi acuan oleh teman-teman kementerian lembaga. Perlu koordinasi teknis keanekaragaman hayati karena mencakup ekosistem, spesies, bahkan genetik. Sehingga membutuhkan kolaborasi dari lintas kementerian dan lembaga.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post