Sejak 13 Mei 2022, Badan Organisasi Dunia (WHO) telah menerima laporan atas kasus cacar monyet atau yang akrab dikenal dengan nama monkeypox.
Saat ini sejumlah negara endemis monkeypox antara lain Benin, Kamerun, Republik Afrika Tengah, Republik Demokratik Kongo, Gabon, Ghana (hanya diidentifikasi pada hewan), Pantai Gading, Liberia, Nigeria, Republik Kongo, dan Sierra Leone. Di luar negara itu menjadi negara non endemis.
Kasus cacar monyet yang berasal dari negara non endemis saat ini telah meluas ke 3 regional WHO yaitu regional Eropa, Amerika dan Pasifik Barat.
Adapun negara non endemis yang telah melaporkan kasus berdasarkan laporan WHO sampai dengan 21 Mei 2022 antara lain; Australia, Belgia, Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Belanda, Portugal, Spanyol, Swedia, Inggris dan Amerika.
APA ITU CACAR MONYET?
Monkeypox adalah penyakit virus zoonosis alias virus ditularkan dari hewan ke manusia yang dapat sembuh sendiri. Penyakit itu disebabkan oleh virus monkeypox, anggota genus Orthopoxvirus dalam keluarga Poxviridae, yang umumnya terjadi di Afrika Tengah dan Afrika Barat.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS mengatakan penyakit ini dapat bersifat ringan dengan gejala yang berlangsung 2 – 4 minggu, namun bisa berkembang menjadi berat dan bahkan kematian, dengan tingkat kematian 3 persen – 6 persen.
“Penularan kepada manusia terjadi melalui kontak langsung dengan orang ataupun hewan yang terinfeksi, atau melalui benda yang terkontaminasi oleh virus tersebut,” katanya di Jakarta, Jumat (27/5/2022).
UPAYA MITIGASI
Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH mengatakan belum ada laporan kasus cacar monyet (monkeypox) di Indonesia. Meski demikian, Kemenkes tetap melakukan sejumlah kewaspadaan untuk mencegah terjadinya penularan di Indonesia.
“Hingga saat ini belum ada kasus (cacar monyet) yang dilaporkan dari Indonesia,” katanya pada konferensi pers secara virtual di Jakarta, Selasa (24/5/2022) lalu.
Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pun meminta seluruh jajaran kesehatan mewaspadai penyakit cacar monyet (monkeypox). Ada sejumlah imbauan yang harus dilakukan untuk mencegah penularan penyakit tersebut.
Hal itu tertuang dalam surat edaran Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit nomor HK.02.02/C/2752/2022 tentang Kewaspadaan Terhadap Penyakit monkeypox di Negara non Endemis.
Adapun surat edaran ini bertujuan meningkatkan kewaspadaan di setiap wilayah melalui dinas kesehatan, kantor kesehatan pelabuhan, dan rumah sakit. Revisi pedoman pencegahan dan pengendalian cacar monyet pun dilakukan untuk menyesuaikan situasi dan informasi baru dari WHO, khususnya mengenai surveilans, tatalaksana klinis, komunikasi risiko, dan pengelolaan laboratorium.
Oleh karena itu, sembari mematuhi SE dari dirjen, penyelidikan masih akan terus dilakukan untuk mengetahui pola penularan di negara-negara non endemis monkeypox.
Lebih lanjut dr. Syahril juga menjamin vaksin cacar (smallpox) masih efektif untuk menangkal risiko penularan cacar monyet pada manusia. Asal tahu saja, vaksin cacar merupakan vaksin pertama yang berhasil memberikan perlindungan dalam tubuh terhadap serangan infeksi patogen. Vaksin ini dikembangkan dan ditemukan oleh Edward Jenner pada 1776.
Sejak 1980, Indonesia dinyatakan sebagai negara bebas cacar. Pencapaian ini merupakan hasil dari program imunisasi yang dilakukan secara masif di Indonesia sejak 1956.
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post