Jakarta, Prohealth.id- Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran Profesor Ida Musfiroh mengatakan bahwa kemampuan alami tubuh dalam menangani inflamasi atau peradangan dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman bahkan dapat meningkatkan status keparahan penyakit yang diderita. Oleh karena itu, dibutuhkan satu pengobatan yang dapat memanfaatkan sumber daya alam serta aman digunakan untuk menangani peradangan.
Profesor Ida menjelaskan bahwa tanaman Qusth Al-Hindi (Saussurea lappa) yang tumbuh di dataran tinggi pegunungan Himalaya memiliki potensi digunakan sebagai antiradang. Berdasarkan tinjauan fitokimia, Qusth Al-Hindi mengandung golongan senyawa terpene, yaitu costunolide, dihydrocostunolide, dihydrocastus lactone, dehydrocostus lactone, yang sudah terbukti memiliki efek farmakologi sebagai antiinflamasi. Di dalam tanaman tersebut juga terkandung golongan senyawa anthraquinone, alkaloid, dan flavonoid.
“Memang kita sulit untuk menemui tanaman ini di Indonesia. Namun, keterbatasan ini nanti akan menjadi peluang kita untuk melakukan pengembangan riset dan seterusnya,” kata Profesor Ida melalui keterangan tertulis 6 Maret 202.
Profesor Ida mengatakan bahwa senyawa costunolide dapat mencegah peradangan karena senyawa tersebut dapat menghambat atau menetralkan radikal bebas yang menyebabkan peradangan. “Proses stres oksidatif yang disebabkan oleh radikal bebas dapat berkontribusi terhadap peradangan dan berbagai penyakit kronis,” ujar Profesor Ida.
Ida dan tim peneliti telah mengeksplorasi dan mengembangkan aktivitas antiradang pada tanaman Qusth Al-Hindi. Pengembangan tersebut dilakukan berdasarkan pada mekanisme penghambatan enzim penginduksi inflamasi.
Penelitian yang dilakukan melalui pendekatan studi in silico yang memvisualisasikan interaksi senyawa yang terkandung dalam tanaman serta enzim yang berperan dalam pembentukan inflamasi. Selanjutnya dilakukan juga penapisan fitokimia untuk mengetahui senyawa lainnya yang dapat menjadi antiradang. “Di dalamnya terdapat dua senyawa utama, yaitu Costic Acid dan Costunolide. Memiliki potensi dalam penghambatan enzim yang menyebabkan inflamasi, COX-2 dan iNOS,” kata Profesor Ida.
Penelitian dilanjutkan dengan studi in vitro dengan melakukan uji aktivitas berdasarkan stabilitas membran sel darah merah yang diinduksi larutan hiposalin. Setelah itu dilakukan juga studi in vivo untuk menguji aktivitas ekstrak tanaman Qusth Al-Hindi pada peradangan. “Ekstraknya juga diuji secara in vivo dapat menurunkan inflamasi pada dosis 250mg/kg BB mencapai 66,04 persen,” katanya.
Profesor Ida mengatakan peluang tanaman Qusth Al-Hindi untuk dikembangkan menjadi kandidat obat antiinflamasi memberikan peluang untuk penelitian dan kerja sama. Selain peluang untuk melakukan pemuliaan varietas unggul tanaman di Indonesia, peluang lainnya adalah eksplorasi aktivitas dan modifikasi struktur untuk meningkatkan efektivitas kerja dan menurunkan toksisitas.
“Tentunya nanti membutuhkan kerja sama untuk melakukan formulasi sediaan, kemudian uji klinik, dan juga sampai pada hilirisasi produk yang berpotensi memberikan inovasi untuk bisa menghasilkan obat dari sumber tanaman ini,” katanya.
Editor: Irsyan Hasyim
Discussion about this post