Prohealth
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Profil
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Opini
  • Infografis
No Result
View All Result
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Profil
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Opini
  • Infografis
No Result
View All Result
Prohealth
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Profil
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Opini
  • Infografis

TOBAT MEROKOK: Kisah Perjuangan Penyintas Melawan Hasrat Diri

Upaya berhenti merokok membutuhkan perjuangan keras. Perjalanannya panjang dan tidak mudah. Bukan sekadar mengambil keputusan yang sederhana.

by Ignatius Dwiana
Wednesday, 30 July 2025
A A
PEMILU 2024: Isu Pengendalian Zat Adiktif yang Tak Pernah Dibicarakan

Ragam mural di Kampung Tanpa Rokok (Kampung KTR) Kayu Manis, Matraman, Jakarta Timur. (Sumber foto: Gloria/Prohealth/2023)

Seorang akademisi dan peneliti Muhammad Suhaeri menyebut ini bukan hanya soal kebiasaan. Tetapi memerlukan tekad batin yang kuat.

“Memang kalau tidak timbul dari diri sendiri mustahil menurut saya. Saya saja awalnya merasa tidak mungkin bisa,” ungkapnya dengan antusias.

BacaJuga

Sulut Bisa Jadi Teladan Lawan Demam Babi Afrika

Menekan Perokok Anak, Cukai Rokok Bukan Sekadar Strategi

Dia mengaku berkenalan dengan rokok sejak SD. Masa SMA pernah mencoba berhenti. Tetapi kembali tergoda saat kuliah S1.

Suhaeri mengaku rata-rata sebungkus rokok habis dalam sehari. Namun kesadaran untuk berhenti merokok muncul dari berbagai faktor dan bertahap. Mulai dari teman yang mengingatkan, terpikir akan keluarga, influencer kesehatan, hingga peringatan kesehatan bergambar pada kemasan rokok.

“Tetapi sebenarnya paling berpengaruh ketika saya mengingat keluarga,” ungkap dia dalam webinar “Berhenti Merokok, Kisah Sukses Dari Mantan Perokok Aktif”, yang berlangsung secara daring di akun Youtube Rumah Sakit Universitas Indonesia pada Juni 2025 lalu.

Suhaeri menerangkan tidak ingin apa yang sudah coba dia bangun semuanya menjadi sia-sia. Terutama tetika jatuh sakit akibat kebiasaannya dalam merokok.

“Kan saya inginnya membahagiakan keluarga. Kalau mereka jadinya harus mengurus saya. Saya tidak kebayang kalau kondisi kaya begitu,” katanya.

Biasanya seusai makan dia akan merokok. Namun itu kebiasaan itu mulai ia kurangi. Ketika studi di Korea Selatan, dia pun mengikuti kebiasaan koleganya. Masyarakat Korea Selatan usai makan umumnya menyikat gigi dan minum kopi sebagai pengalih. Merokok mulai ia atasi dengan kekuatan niat dan substitusi kebiasaan.

Peran keluarga sangat krusial bagi orang yang sulit melawan godaan merokok. Keluarga dapat memainkan peran secara aktif di tengah regulasi yang belum cukup tegas mencegah anak-anak merokok.

“Kalau saya merasa dari waktu dulu masih kecil sampai sekarang, upaya dari pembuat regulasi itu tidak ada perubahan yang signifikan. Dulu saya waktu kecil bisa membeli rokok. Sekarang juga bisa. Jadi saya rasa dari sisi regulasi itu kebijakan tidak ada perubahan,” ucap Suhaeri.

Dia menyarankan dari sisi keluarga seharusnya keluarga lebih paham dengan kesehatan. Apalagi keluarga zaman sekarang sudah terpapar dengan maraknya informasi Kesehatan. Tentu hal ini akan mendorong keluarga lebih paham bahaya rokok.

Sedangkan Hendro Prasetio mengenal rokok sejak SMP. Tepatnya pada 2007. “Merokok itu dulu menjadi tolak ukur kedewasaan dan keren di lingkungan saya,” ujarnya.

Lebih dari satu dekade kemudian, Hendro berhasil mematahkan ikatan tersebut. Dia berhenti merokok pada 2018.

Rasa sakit di dada pernah ia rasakan saat bermain bola. Awalnya, ia menganggap enteng hal tersebut.

Lambat laun ia menyadari, tampak ada sesuatu yang salah. Terutama peringatan kesehatan bergambar pada kemasan rokok yang dia temukan sekitar 2017 atau 2016. Gambar-gambar mengerikan efek rokok itu memperkuat keraguan Hendro terhadap kebiasaan buruknya.

“Waktu itu saya lihat paru-paru orang yang warnanya coklat. Kalau paru-paru saya juga seperti itu kenapa saya tidak berhenti dari dulu?” kenangnya.

Tak ada lagi rasa nikmat. Momen terakhir merokok rasanya seperti ‘daun kering terbakar’.

Hendro mengakui bahwa salah satu hal tersulit adalah memutuskan hubungan dengan ‘circle’ perokok. Karena rokok itu seperti tali pengikat dalam pergaulan. Ketika berhenti maka menjadi ejekan atau godaan yang datang semakin berat.

Namun di tengah segala godaan itu, Hendro merasa bangga bisa melakukan sesuatu yang mayoritas orang tidak mampu yakni berhenti merokok. Perubahan signifikan ia mulai rasakan dari sisi kesehatan. Rasa sakit di dada yang menghantuinya saat bermain bola kini hampir tidak pernah muncul lagi.

“Kalau teman-teman saya hampir 100 persen masih merokok, saya satu-satunya yang tidak. Itu membuat saya merasa keren,” katanya penuh percaya diri.

Perjuangan Hendro berhenti merokok itu juga menjadi cerita inspiratif yang ia bagikan setiap kali keluarga besar berkumpul. Dari Hendro kita belajar, peran keluarga sangat penting dalam mencegah kebiasaan merokok terutama bagi anak-anak. Apalagi kalau tidak ikutan merokok maka akan dianggap ‘cupu’. Tidak merokok kadang jadi bahan ejekan.

“Larangan dan edukasi dari keluarga itu kunci. Saya pernah takut merokok karena orang tua melarang.” Ketika bekerja dan memiliki uang sendiri seolah tidak ada larangan dari orang tua.

“Jadi peran keluarga sebagai benteng utama harus diperkuat,” kata Hendro.

 

 

Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi

Bagikan:
Source: berhenti merokok
Tags: perokok aktifPerokok AnakPerokok PasifRemaja Perokoktobat merokokUpaya Berhenti Merokok

Discussion about this post

https://www.youtube.com/watch?v=ZF-vfVos47A
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

© 2024 Prohealth.id | Sajian Informasi yang Bergizi dan Peduli.

No Result
View All Result
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Profil
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Opini
  • Infografis

© 2024 Prohealth.id | Sajian Informasi yang Bergizi dan Peduli.