Tanggal 28 Oktober adalah harinya para pemuda di Indonesia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memberi beberapa definisi umus, ‘Adolescents’ (remaja) adalah 10-19 tahun, lalu ‘Youth’ yang 15-24 tahun dan ‘Young People’ yaitu antara 10-24 tahun.
“Mungkin kita dapat katakan bahwa pemuda adalah antara 10-24 tahun ini,” ujar Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI dan Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Prof. Tjandra Yoga Aditama melalui pesan singkat yang diterima Prohealth.id, Jumat (28/10/2022).
Jika mengacu dari data WHO, di dunia ada lebih 1,5 juta pemuda yang meninggal dalam setahunnya. Artinya, hampir 5 ribu pemuda meninggal setiap harinya di dunia ini.
Empat penyebab kematian utama pemuda di dunia adalah kecelakaan; termasuk kecelakaan lalu lintas dan tenggelam, lalu kekerasan fisik (violence), menyakiti diri sendiri (self-harm), dan gangguan maternal yang tentunya berhubungan dengan perkawinan terlalu muda. Di dunia dalam setahun ada 41 kelahiran per 1000 anak perempuan 15–19 tahun.
Sementara itu, lanjut Prof. Yoga, separuh dari gangguan mental pada orang dewasa sebenarnya sudah mulai pada usia sekitar 14 tahun, tetapi sayangnya tidak terdeteksi dan tidak ditangani sejak dini. Akibatnya, di usia dewasanya muncul berbagai manifestasi gangguan mental ini dalam berbagai bentuknya, termasuk berbagai perilaku sosial tidak sehat di masyarakat.
“Ini adalah data-data dunia, yang dipublikasikan WHO pada 10 Agustus 2022 dalam rangka memperingati International Youth Day 2022. Karena hari ini peringatan Sumpah Pemuda, akan baik kalau Kementerian Kesehatan juga mempublikasikan data-data kesehatan Pemuda kita, penerus perjuangan bangsa,” ungkap mantan Dirjen Pengendalian Penyakit serta Mantan Kabalitbangkes.
Baca Juga: Menjaga Komitmen Terhadap Pengendalian Tembakau
Anak Muda dan G20
Juru Bicara G20 Maudy Ayunda menegaskan, pertemuan G20 penting untuk diketahui anak muda. Dia menilai hal tersebut sebagai konteks agar anak muda mengetahui apa yang harus dilakukan jika terjadi pandemi di masa mendatang.
“Saya selalu menyampaikan kepada teman-teman sesama anak muda bahwa rasa ingin tahu yang besar itu cukup sebenarnya untuk mengubah dunia. Kalau kita punya rasa ingin tahu maka kita punya konteks untuk mengubah,” ujarnya pada kegiatan Instagram Live dengan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Kamis, 13 Oktober 2022 lalu.
Siklus pandemi kemungkinan terjadi dalam waktu interval puluhan tahun. Sehingga yang akan mengalami pandemi di masa mendatang adalah generasi muda saat ini.
“Di sini kenapa presidensi G20 itu penting untuk kita tahu karena kita perlu konteks di mana ke depannya kita harus seperti apa dalam menghadapi pandemi di masa depan,” sambung Maudy.
Perlu anak muda ketahui, bahwa pandemi COVID-19 merupakan momentum membangun infrastruktur kesehatan yang lebih kuat. Hal itu dilakukan melalui presidensi G20.
Menurutnya, krisis global seperti pandemi bisa dilewati dengan baik oleh Indonesia. Meskipun pandemi COVID-19 merupakan hal baru yang dialami oleh setiap negara.
“Dari perspektif anak muda, di masa depan yang lebih penting adalah kesehatan. Saya melihat bahwa presidensi G20 ini memberikan kesempatan untuk membangun infrastruktur Kesehatan Global yang adaptif,” ungkap Maudy.
Baca Juga: Manik Marganamahendra: Menolak Masa Depan Generasi Muda Dikorupsi Industri Rokok
Maudy menilai, pandemi mengingatka anak muda bahwa dunia bergerak begitu cepat dan harus diikuti dengan penanganan serta fasilitas baru. Ada banyak kejadian yang tidak bisa diprediksi, dan anak muda harus memanfaatkan pandemi saat ini sebagai kesempatan untuk memahami cara penanganan dalam menghadapi pandemi di masa mendatang.
Lulusan Oxford University ini menambahkan, penanganan pandemi saat ini bisa dijadikan sebagai benchmark untuk mengatur sistem penanganan. Pasalnya, ketika terjadi hal melampaui prediksi yang tidak bisa dikendalikan akan mudah menanganinya.
“Kalau dari perspektif aku ini jadi pengingat juga, bukan hanya di area health [kesehatan], tapi juga di banyak sektor lain seperti transformasi digital, energi transisi, juga krisis iklim. Kita sebagai anak muda akan mulai banyak perubahan dan ini penting untuk membentuk sistem ketahanan kesehatan,” tuturnya.
Dia menambahkan, anak muda juga harus sadar untuk saling terhubung dan gotong royong. “Karena yang dilakukan generasi sekarang itu sangat berpengaruh untuk generasi ke depan,” tambah Maudy.
Selanjutnya: Anggi Maisarah: Nyaris Gabung Perusahaan Tembakau, Kini Gagas Aplikasi Pantau KTR
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Cek artikel lain di Google News
Discussion about this post